Senin, 27 April 2015

Industrialisasi di Indonesia

INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA




DISUSUN OLEH :

      1.      HANIFATURRIZQI AMALIA (24214765)
2.      INDAH DWI PRATIWI (25214257)
 3.      RIZKIYAH PRATAMA (29214655)
  4.      SUSAN KESUMA SARI (2A214538)

1EB08

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat berdasarkan kebutuhan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia, serta untuk kebutuhan kami agar dapat lebih memahami tentang perkembangan industrialisasi. Pada kesempatan ini kami membahas tentang “Industrialisasi di Indonesia”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan beberapa referensi dari berbagai sumber. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, mengingat keterbatasan itu maka penulis meminta maaf dan membuka selebar-lebarnya kritik dan saran dari ibu dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia khusunya, serta dari rekan-rekan pembaca pada umumnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.



                                                                                    Jakarta, 20 April 2015


                                                                                    Penulis

                                                                                                                    

                                                                                    



DAFTAR ISI
                                                                                                                            

             
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI    
              
BAB I PENDAHULUAN
     1.1 Latar Belakang Masalah..............................................  1 
     1.2 Rumusan Masalah........................................................  2
     1.3 Tujuan Penulisan.........................................................   2

      BAB II PEMBAHASAN
    2.1 Konsep dan tujuan industrialisasi .................................  3 
    2.2 Faktor-faktor pendorong industrialisasi.........................  4
    2.3 Perkembangan sektor industri manufaktur nasional......  5 
2.4 Permasalahan industrialisasi .............................................  10 
2.5 Strategi pembangunan sektor industri ................................ 13              
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................  17      
           
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................   20

KETERANGAN .......................................................................   21

                                                                                                                    
                                                                                   
       BAB I
PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang Masalah
Industrilisasi merupakan usaha pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan. Sejarah hidup manusia tidak terlepas dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai metode untuk memenuhinya sesuai dengan zamannya. Mulai zaman prasejarah, kita mengenal kehidupan manusia purba masa berburu dan mengambil makanan, atau dikenal food gathering. Kemudian, masa berternak  dan bercocok tanam atau food producing.
Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke 4, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas, pemerintah telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah satu diantaranya adalah mendorong laju perekonomian nasional. Pertumbuhan laju industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian di Indonesia. Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang sangan dominan di zaman sekarang.

1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan tujuan industrialisasi
2. Apa saja faktor-faktor pendorong industrialisasi
3. Bagaimana perkembangan sektor industri manufaktur nasional
4. Apa saja permasalahan industrialisasi
5. Bagaimanakah strategi pembangunan sektor industri

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan tujuan industrialisasi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong industrialisasi
   3. Untuk mengetahui perkembangan sektor industri manufaktur nasional
4. Untuk mengetahui macam-macam permasalahan industrialisasi
5. Untuk mengetahui strategi pembangunan sektor industri














BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan tujuan industrialisasi
Tujuan industrialisasi itu sendiri adalah untuk memajukan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap Negara,dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas,dengan industrialisasi ini maka,Negara berkembanga yang mampu memanfaatkannya dengan baik,maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara tersebut.
Industrialisasiè suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.

2.2     Faktor-faktor pendorong industrialisasi
Faktor pendorong industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses industrialisasi antar negara) :
    ·         Kemampuan teknologi dan inovasi
    ·         Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
    ·         Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri.
Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
    ·         Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Pasar dalam negeri yang besar, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang merupakan salah satu faktor perangsang bagi pertumbuhan kegiatan-kegaiatan ekonomi, termasuk industri, karena pasar yang besar menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi(dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya mendukung). Jika pasar domestic kecil, maka ekspor merupakan alternatif satu” nya untuk mencapai produksi optimal.
      ·         Ciri industrialisasi
Yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
         ·         Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa Negara-negara yang kaya SDA, tingkat diversifikasi dan laju pertumbuhan ekonominya relatif lebih rendah, dan Negara tersebut cenderung tidak atau terlembat melakukan industrialisasi atau prosesnya berjalan relatif lebih lambat dibandingkan Negara-negara yang miskin SDA.
     ·         Kebijakan/strategi pemerintah
Pola Industrialisasi di Negara  yang menerapkan kebijakan subtitusi impor dan kebijakan perdagangan luar negeri yang protektif(seperti Indonesia terutama selama pemerintahan Orde Baru hingga krisis terjadi) berbeda dengan di Negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor dalam mendukung industri nya.
2.3     Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat rendah.
Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Sector industry manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industry manufaktur merupakan contributor utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi Perkembangan Manufaktur Nasional:
            A.    Pertumbuhan Output          
Proses industrialisasi yang terjadi pada negara-negara ASEAN yang pesat disorong oleh laju pertumbuhan output industri yang pesat karena menyebabkan terjadinya penambahan struktural yang cukup luas di dalam perekonomian negara tersebut.       
Hal ini dikarenakan, sektor industri menaglami laju pertumbuhan yang sangat pesat, melebihi laju pertumbuhan di negara berkembang dengan rata-rata 50-100% pada 1970-an, bahkan dengan batas rata-rata yang lebih tinggi pada 1980-an. Pangsa sektor manufaktur terhadapa toal output industri telah menjadi lebih dari 2 kali lipat di Indonesia maupun Malaysia, dan hampir 2 kali lipat di Thailand. Ke-empat ekonomi tersebut kini telah melampaui titik belok yang penting di jalan panjang pembangunan ekonomi dalam hal output sektor manufaktur yang melebihi output sektor pertanian.(Hill, 2003).

Selain itu, menurut Hill, hal lain yang mungkin penting adalah pelaksanaan industrialisasi di ke-empat negar tersebut telah berhasil melampaui suatu proses pergeseran secara bertahap selama 1970-an, dari yang tadinya berorientasi ke pasar domestik (subtitusi impor) ke industri yang berorientasi ke pasar global.

                  B.     Pendalaman Struktur Industri
Pembangunan ekonomi jangka panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi dari pertanian menuju industri dan menggeser struktur industri yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.
Indikator yang digunakan untuk mengukur struktur industri adalah distribusi dari jumlah unti produksi (perushaan) yang ada dan total NO atau NT dari sektor industri menurut kelompok industri (subsektor). Kaena semakin tingginya subsektor industri, berarti semakin tingginya diversifikasi produksi.
Distribusi PDB menurut subsektor industri juga dapat berperan sebagai indikator poengukur tingkat diversifikasi industri. Semakin maju industri manufaktur, semakin besar kontribusi output dari kelompok-kelompok industri berteknologi tinggi terhadap pembentukan PDB.

Perubahan struktur industri disebabkan oleh:
· Penawaran agregat perkembangan teknologi, kualitas SDM, dan inovasi material baru untuk      produksi.
· Permintaan agregat peningkatan pendapatan per kapita yang mengubah volume dan pola konsumsi.
Orientasi perkembangan industri manuafktur di Indonesia masih pada barang konsumsi sederhana seperti makanan, minuman pakaian jadi. Sisi permintaan agergat, pasar domestik barang konsumsi berkembang pesat seiring laju penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat per kapita. Sedangkan pada sisi penawaran agregat, sarana dan prasarana menunjang untuk produksi.


                  C.    Teknologi dari Produk Manufaktur
Untuk membandingkan dan menganalisa kemampuan T dari produksi di negara-negara berbeda, karena industri dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori. Kategori pertama yaitu industri denagn teknoklogi yang tinggi, contohnya obat-obatan, komputer, alat-alat perkantoran, barang elektronik, dan kendaraan bermotor. Kategoti kedua yaitu industri dengan T yang menengah, contohnya produk-produk dari logam sederhana, produk-produk dari plasitik dan karet, dan penyulingan minyak. Kategori ketiga adalah industri dengan T rendah, seperti kertas dan percetakan, pakaian jadi, makanan, minuman, rokok, dan mebel.
Tingkat perkembangan industri manufaktur dapat dilihat dari pendalaman struktur industri itu sendiri. Struktur industri:
1) Ragam produk barang konsumsi, sederhana, barang konsumsi dengan kandungan teknologi yanglebih canggih, barang modal.
2)  Intensitas pemakain faktor produksi barang dengan padat karya dan barang dengan padat modal. Orinetasi pasar barang domestik dan barang ekspor.

                  D.    Ekspor
Kinerja ekspor (X) dari produk-produk manufaktur juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator alternatif untuk mengukur derajat pembangunan dari industri manufaktur. Kinerja X bisa ada dalam 3 arti, yaitu laju pertumbuhan volume atau nilai X dan diversifikasi, baik dalam produk maupun pasar/ negara tujuan. Pada umumnya, industri manufaktur suatu negara dikatakan sudah maju apabila laju pertumbuhan X manufakturnya rata-rata per tahun tinggi dan tingkat diversifikasi produk seta pasar dan negara tujuannya tinggi.
Hasil analisis Wolrd Bank tahun 1999 menunjukkan bahwa Indonesia lemah dalam prosuk-produk manufaktur yang prospek masa depannya sangat baik. Data BPS juga menunjukkan bahwa diversifikasi X manufaktur Indonesia cukup tinggi, namun masih hanya didominasi oleh industri kecil dan menengah ke bawah, terutama pada barang-barang konsumsi. Selain itu, industri Indonesia juga masih didominasi dengan produk-produk berbasis pertanian. Di sisi lain, harga dunia untuk komoditi berbasis pertanian relatif rendah jika dibandingkan dengan komoditas berteknologi menengah ke atas, seperti komputer, mesin, dan otomotif, bahkan pasaran harga komoditas-komoditas ini kian meningkat dari waktu ke waktu.

                E.     Gejala Deindustrialisasi
Perkembangan industri manufaktur di Indonesia juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto atau PDB. Bahkan pada akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006, banyak pengamat ekonomi yang mengkhawatirkan terjadinya de-industrialisasi di Indonesia akibat pertumbuhan sektor industri manufaktur yang terus merosot.
Deindustrialisasi merupakan gejala menurunnya sektor industri yang ditandai dengan merosotnya pertumbuhan industri manufaktur yang berlangsung secara terus menerus. Melorotnya perkembangan sektor industri manufaktur saat itu mirip dengan gejala yang terjadi menjelang ambruknya rezim orde baru pada krisis global yang terjadi pada tahun 1998. Selain menurunkan sumbangannya terhadap produk domestik bruto, merosotnya pertumbuhan industri manufaktur juga menurunkan kemampuannya dalam penyerapan tenaga kerja
Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa pada triwulan pertama tahun 2005, pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia sebenarnya masih cukup tinggi, yaitu mencapai 7,1 persen. Namun memasuki triwulan kedua tahun 2005 perkembangannya terus merosot. Bahkan pada akhir tahun 2005, perkembangan industri manufaktur kita hanya mencapai 2,9 persen. Kondisi ini semakin parah setelah memasuki triwulan pertama tahun 2006 karena pertumbuhannya hanya sebesar 2,0 persen.
                F.      Problem Pengangguran
Sebagai sektor industri yang sangat penting, perkembangan industri manufaktur memang sangat diandalkan. Penurunan pertumbuhan sektor industri ini dapat menimbulkan efek domino yang sangat meresahkan. Bukan saja akan menyebabkan PDB menurun namun yang lebih mengkhawatirkan adalah terjadinya gelombang pengangguran baru. Apalagi problem pengangguran yang ada saat ini saja masih belum mampu diatasi dengan baik.
Kita mestinya bisa belajar banyak dari pengalaman tragedi ekonomi tahun 1998. Selain menyangkut fondasi perekonomian nasional yang mesti diperkuat, sejumlah ahli juga melihat perlunya membenahi strategi pembangunan industri di Indonesia. Kalau perlu, pemerintah bisa melakukan rancang ulang atau redesign menyangkut visi dan misi pembangunan industri, dari sejak hulu hingga hilir. Paling tidak agar produk industri kita mampu bersaing di pasar global.

2.4     Permasalahan Industrialisasi
Industri manufaktur di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena:
1. Keterbatasan teknologi
2. Kualitas Sumber daya Manusia
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian
    masih rendah
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
      1)      Kelemahan struktural

·         Basis ekspor & pasar masih sempitè walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a)      Terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
b)      Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada,Turki & Norwegia
c)      USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil &  pakaian jadi dari Indonesia
d)     Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah    terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
e)      Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan   harga muncul pesaing baru seperti cina & vietman
f)        Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor internal seperti tuntutan kenaikan upah

·         Ketergantungan impor sangat tinggi
Pada tahun 1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan assembling dengan hasil:
a)      Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas 45%
b)      Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepada impor bahan baku, komponen &  input perantara  masih tinggi.
c)      PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku & komponen dari LN
d)     Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas
e)      Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas

             ·         Tidak ada industri berteknologi menengah
a)      Kontribusi industri berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen)  terhadap pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b)      Kontribusi produk padat modal (material dari plastik, karet, pupuk, kertas,besi & baja) thd ekspor menurun 1985 – 997
c)      Produksi produk dg teknologi rendah berkembang pesat
·         Konsentrasi regional
            Industri menengah & besar terkonsentrasi di Jawa.

         2)      Kelemahan organisasi
         ·         Industri kecil & menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahè Jumlah Tk masih banyak (padat Karya)
        ·         Konsentrasi Pasar
        ·         Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih lemah
    ·         SDM yang lemah

2.5     Strategi pembangunan sektor industri
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasipermasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu:
1.      Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri;
2.      Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri
3.      Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian;
4.      Mendukung perkembangan sector infrastruktur;
5.      Meningkatkan kemampuan teknologi;
6.      Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk
7.      Meningkatkan penyebaran industri. 
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut dan untuk menjawab tantangan di atas maka kebijakan dalam pembangunan industrimanufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mampu mengantisipasi.perkembangan perubahan lingkungan yang sangat cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional. Untuk itu, strategi pembangunan industri manufaktur ke depan dengan memperhatikan kecenderungan pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, adalah melalui pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing industri yang kolektif. Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage). 
Bangun susun sektor industri yang diharapkan harus mampu menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional dan menjadi tulang punggung ketahanan perekonomian nasional di masa yang akan datang. Sektor industri prioritas tersebut dipilih berdasarkan keterkaitan dan kedalaman struktur yang kuat serta memiliki daya saing yang berkelanjutan serta tangguh di pasar internasional.
Pembangunan industri tersebut diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut,  industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu. 
Dengan memperhatikan permasalahan yang bersifat nasional baik di tingkat pusat maupun daerah dalam rangka peningkatan daya saing, maka pembangunan industri nasional yang sinergi dengan pembangunan daerah diarahkan melalui dua pendekatan. Pertama, pendekatan top-down yaitu pembangunan industri yang direncanakan (by design) dengan memperhatikan prioritas yang ditentukan secara nasional dan diikuti oleh partisipasi daerah. Kedua, pendekatan bottom-up yaitu melalui penetapan kompetensi inti yang merupakan keunggulan daerah sehingga memiliki daya saing. Dalam pendekatan ini Departemen Perindustrian akan berpartisipasi secara aktif dalam membangun dan mengembangkan kompetensi inti daerah tersebut. Hal ini sekaligus merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, yang pada gilirannya dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran.
          Strategi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:
          - Subtitusi Impor (inward-looking)
          - Promosi Ekspor (outward-looking)
Strategi industrialisasi
             1.      Strategi Subtitusi Impor
·         Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
·         Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
·         Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor

1.      Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a.       SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup
tersedia potensi permintaan dalam negeri memadai
b.      Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
c.       Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
d.      Dapat mengurangi ketergantungan impor

v  Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
-          Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
-          Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
-          Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
-          Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi

                       2.      Strategi Promosi Ekspor
·         Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
·  Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah
·     Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
·     Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif

3.      Kebijakan Industrialisasi
·         Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
·         Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
·         Diberlakukannya Undang-undang PMA









KESIMPULAN

Dampak positif industrialisasi dalam konteks globalisasi saat ini telah diketahui yakni meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Namun dampak negatifnya masih banyak diperdebatkan orang, terutama kaitannya dengan kerusakan lingkungan. Ketika sebuah bangsa menggantungkan hidupnya kepada pertanian, maka masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh masyarakat yang hidup dengan bertani belum begitu mengemuka dalam berbagai pembahasan. Lain masalahnya, ketika proses industrialisasi tengah berjalan, maka dampak positifnya rakyat banyak tak lagi terlalu menggantungkan hidupnya pada sumber alam yang langsung digali atau dimanfaatkan.
Peranan sektor industri dalam produksi nasional pada tahun 1990 cukup meningkat. Hal ini ditandai dengan sumbangannya sebesar 21% ke dalam produk domestik bruto (PDB), ini berarti telah melampaui sumbangan sektor pertanian sebesar 19%. (Hartanto, 1995). Selanjutnya berdasarkan data tahun 2000, besar komposisi perbandingan sumbangannya terhadap PDB adalah 30% industri dengan 10% pertanian (LPE-IBII, 2002).
Dari sudut pandang kepentingan perekonomian suatu bangsa, industrialisasi memang penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabilitas. Namun, industrialisasi bukanlah tujuan akhir, melainkan hanya merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan perkapita tinggi. Meskipun pelaksanaannya sangat bervariasi antar negara, periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan struktur ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatan kerja. (Tulus Tambunan, 2001).
Dapat dipahami bahwa ketika membahas masalah industrialisasi, selalu terkait dengan sektor pertanian. Sehingga setiap persoalan industrialisasi akan dibahas secara serempak dengan keterkaitan ke masalah pertanian. Proses pembangunan di Indonesia tetap diawali dengan perhatian pada bagaimana menggerakkan perekonomian yang berbasis pertanian. Karena itu diutamakanlah industri yang menciptakan mesin-mesin pertanian dan sebagainya. Sasaran pembangunan jangka panjang tahap satu adalah, mengubah struktur ekonomi dari struktur yang lebih berat dari pada pertanian kepada struktur yang seimbang antara sektor pertanian dan sektor industri. (Hamzah Haz, 2003). Dengan struktur yang seimbang inilah maka ekonomi rakyat dapat ditumbuhkan.
Kelemahan mendasar pada pembangunan di masa lalu adalah, pertumbuhan tidak berhasil mencapai upaya mengaitkan pertumbuhan dengan pemanfaatan sumber daya alam, pertanian, dan kemaritiman. Ini mungkin salah satu alasan mengapa ketika awal pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dibentuk Menteri Negara Urusan Perikanan dan Sumber Daya Maritim, karena ketika itu, walaupun dasadari bahwa 60% wilayah Republik Indonesia adalah lautan. Kenyataan ini merupakan salah satu penyebab gagalnya proses industrialisasi di Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja, sehingga ketika krisis terjadi sebagian besar angkatan kerja lebih 50% masih bekerja di sektor pertanian, sementara hanya 10% saja yang bekerja di sektor industri.
Pada awal sejarah kehidupan, manusia baru mengenal dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah disediakan alam. Perekonomian pada tahap ini disebut perekonomian yang berbasis pertanian, di mana kegiatan pertanian mendominasi seluruh aspek kehidupan. Kegiatan menghasilkan barang hanyalah terbatas pada industri rumah tangga. Demikian pula kegiatannya belumlah menonjol seperti keadaan sekarang. Perekonomian berbasis pertanian ini kemudian berkembang menjadi perekonomian berbasis industri. Tentu saja perkembangan ini akan menyangkut beberapa aspek, sehingga perlu diidentifikasi, ada perkembangan apa saja, serta bagaimana pola pengaruhnya kepada kontribusi kedua sektor yakni pertanian dan industri.

DAFTAR PUSTAKA

http://ivanlipio.blogspot.com/2011/03/industrialisasi.html















KETERANGAN
                
Hanifaturrizqi Amalia
Mengerjakan tentang konsep dan tujuan industrialisasic

Indah Dwi Pratiwi
      http://.....................................
      Mengerjakan tentang factor-faktor pendorong industrialisasi

Rizkiyah Pratama
      Mengerjakan tentang perkembangan sektor industri manufaktur nasional

Susan kesuma sari
      http://...........................................
      Mengerjakan tentang strategi permasalahan industrialisasi

Materi tentang strategi pembangunan sektor industri dikerjakan oleh : Hanifaturrizqi Amalia, Indah Dwi Pratiwi, Rizkiyah Pratama, Susan Kesuma Sari





Tidak ada komentar:

Posting Komentar