INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA
DISUSUN OLEH :
1. HANIFATURRIZQI AMALIA (24214765)
2. INDAH DWI PRATIWI (25214257)
3. RIZKIYAH PRATAMA (29214655)
4. SUSAN KESUMA SARI (2A214538)
1EB08
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat berdasarkan kebutuhan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia, serta untuk kebutuhan kami agar dapat lebih memahami tentang perkembangan industrialisasi. Pada kesempatan ini kami membahas tentang “Industrialisasi di
Indonesia”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Dalam pembuatan makalah ini
penulis menggunakan beberapa referensi dari berbagai sumber. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, mengingat keterbatasan itu maka penulis meminta maaf dan membuka selebar-lebarnya kritik dan saran dari ibu dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia
khusunya, serta dari rekan-rekan pembaca pada umumnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta,
20 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah........................................................ 2
1.3 Tujuan
Penulisan......................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan tujuan industrialisasi
................................. 3
2.2 Faktor-faktor pendorong
industrialisasi......................... 4
2.3 Perkembangan
sektor industri manufaktur nasional...... 5
2.4 Permasalahan industrialisasi
............................................. 10
2.5 Strategi
pembangunan sektor industri
................................ 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
........................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
............................................................... 20
KETERANGAN ....................................................................... 21
BAB I
Perubahan struktur industri disebabkan oleh:
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Industrilisasi merupakan usaha pemerintah untuk
pemenuhan kebutuhan. Sejarah hidup manusia tidak terlepas dari keinginan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai metode untuk memenuhinya sesuai dengan
zamannya. Mulai zaman prasejarah, kita mengenal kehidupan manusia purba masa
berburu dan mengambil makanan, atau dikenal food gathering. Kemudian, masa
berternak dan bercocok tanam atau food producing.
Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang
giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke 4,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram,
tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat,
tertib dan damai.
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia
tersebut di atas, pemerintah telah berupaya melakukan berbagai kegiatan,
termasuk salah satu diantaranya adalah mendorong laju perekonomian nasional.
Pertumbuhan laju industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan
perekonomian di Indonesia. Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang
tanpa dukungan dari peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor
perekonomian yang sangan dominan di zaman sekarang.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
konsep dan tujuan industrialisasi
2. Apa saja
faktor-faktor pendorong industrialisasi
3. Bagaimana
perkembangan sektor industri manufaktur nasional
4. Apa saja
permasalahan industrialisasi
5.
Bagaimanakah strategi pembangunan sektor industri
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui
bagaimana konsep dan tujuan industrialisasi
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor pendorong industrialisasi
3. Untuk mengetahui perkembangan
sektor industri manufaktur nasional
4. Untuk
mengetahui macam-macam permasalahan industrialisasi
5. Untuk mengetahui
strategi pembangunan sektor industri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan tujuan
industrialisasi
Tujuan industrialisasi itu sendiri adalah untuk memajukan sumber
daya alam yang dimiliki oleh setiap Negara,dengan didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas,dengan industrialisasi ini maka,Negara berkembanga
yang mampu memanfaatkannya dengan baik,maka akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Negara tersebut.
Industrialisasiè suatu proses
interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan
dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan
struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk
menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit
& kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai
pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
2.2 Faktor-faktor pendorong industrialisasi
Faktor pendorong
industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses industrialisasi antar negara)
:
·
Kemampuan teknologi dan inovasi
·
Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
·
Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri.
Negara yang awalnya
memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri
tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih
cepat.
·
Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan
dan jumlah penduduk.
Pasar dalam negeri
yang besar, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang
merupakan salah satu faktor perangsang bagi pertumbuhan kegiatan-kegaiatan
ekonomi, termasuk industri, karena pasar yang besar menjamin adanya skala
ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi(dengan asumsi bahwa faktor-faktor
penentu lainnya mendukung). Jika pasar domestic kecil, maka ekspor merupakan
alternatif satu” nya untuk mencapai produksi optimal.
·
Ciri industrialisasi
Yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis
industri unggulan dan insentif yang diberikan.
·
Keberadaan SDA
Ada
kecenderungan bahwa Negara-negara yang kaya SDA, tingkat diversifikasi dan laju
pertumbuhan ekonominya relatif lebih rendah, dan Negara tersebut cenderung
tidak atau terlembat melakukan industrialisasi atau prosesnya berjalan relatif
lebih lambat dibandingkan Negara-negara yang miskin SDA.
·
Kebijakan/strategi pemerintah
Pola Industrialisasi
di Negara yang menerapkan kebijakan
subtitusi impor dan kebijakan perdagangan luar negeri yang protektif(seperti Indonesia
terutama selama pemerintahan Orde Baru hingga krisis terjadi) berbeda dengan di
Negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor dalam mendukung industri nya.
2.3 Perkembangan Sektor
Industri Manufaktur Nasional
Perusahaan manufaktur merupakan
penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri
manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan
industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik
dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara
keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia yang
terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional,
perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan
perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional,
khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik
peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang
dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek
industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup
memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri
manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia,
seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri
manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat
rendah.
Industri manufaktur masa depan
adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan
tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti
luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya
alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta
profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Sector industry
manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami perkembangan sangat pesat
dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan
sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous
economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industry
manufaktur merupakan contributor utama.
Untuk melihat sejauh
mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat
perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam
kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur
terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju
pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya.
Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat
industrialisasi yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.
Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi Perkembangan Manufaktur Nasional:
A.
Pertumbuhan Output
Proses
industrialisasi yang terjadi pada negara-negara ASEAN yang pesat disorong oleh
laju pertumbuhan output industri yang pesat karena menyebabkan terjadinya penambahan
struktural yang cukup luas di dalam perekonomian negara tersebut.
Hal
ini dikarenakan, sektor industri menaglami laju pertumbuhan yang sangat pesat,
melebihi laju pertumbuhan di negara berkembang dengan rata-rata 50-100% pada
1970-an, bahkan dengan batas rata-rata yang lebih tinggi pada 1980-an. Pangsa
sektor manufaktur terhadapa toal output industri telah menjadi lebih dari 2
kali lipat di Indonesia maupun Malaysia, dan hampir 2 kali lipat di Thailand.
Ke-empat ekonomi tersebut kini telah melampaui titik belok yang penting di
jalan panjang pembangunan ekonomi dalam hal output sektor manufaktur yang
melebihi output sektor pertanian.(Hill, 2003).
Selain
itu, menurut Hill, hal lain yang mungkin penting adalah pelaksanaan
industrialisasi di ke-empat negar tersebut telah berhasil melampaui suatu
proses pergeseran secara bertahap selama 1970-an, dari yang tadinya
berorientasi ke pasar domestik (subtitusi impor) ke industri yang berorientasi
ke pasar global.
B.
Pendalaman Struktur Industri
Pembangunan
ekonomi jangka panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi dari pertanian
menuju industri dan menggeser struktur industri yang memiliki keunggulan
kompetitif dan komparatif.
Indikator
yang digunakan untuk mengukur struktur industri adalah distribusi dari jumlah
unti produksi (perushaan) yang ada dan total NO atau NT dari sektor industri
menurut kelompok industri (subsektor). Kaena semakin tingginya subsektor
industri, berarti semakin tingginya diversifikasi produksi.
Distribusi
PDB menurut subsektor industri juga dapat berperan sebagai indikator poengukur
tingkat diversifikasi industri. Semakin maju industri manufaktur, semakin besar
kontribusi output dari kelompok-kelompok industri berteknologi tinggi terhadap
pembentukan PDB.
Perubahan struktur industri disebabkan oleh:
· Penawaran
agregat perkembangan teknologi, kualitas SDM, dan inovasi material baru untuk produksi.
· Permintaan
agregat peningkatan pendapatan per kapita yang mengubah volume dan pola
konsumsi.
Orientasi
perkembangan industri manuafktur di Indonesia masih pada barang konsumsi
sederhana seperti makanan, minuman pakaian jadi. Sisi permintaan agergat, pasar
domestik barang konsumsi berkembang pesat seiring laju penduduk dan peningkatan
pendapatan masyarakat per kapita. Sedangkan pada sisi penawaran agregat, sarana
dan prasarana menunjang untuk produksi.
C.
Teknologi dari Produk Manufaktur
Untuk
membandingkan dan menganalisa kemampuan T dari produksi di negara-negara
berbeda, karena industri dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori. Kategori
pertama yaitu industri denagn teknoklogi yang tinggi, contohnya obat-obatan,
komputer, alat-alat perkantoran, barang elektronik, dan kendaraan bermotor.
Kategoti kedua yaitu industri dengan T yang menengah, contohnya produk-produk
dari logam sederhana, produk-produk dari plasitik dan karet, dan penyulingan
minyak. Kategori ketiga adalah industri dengan T rendah, seperti kertas dan
percetakan, pakaian jadi, makanan, minuman, rokok, dan mebel.
Tingkat
perkembangan industri manufaktur dapat dilihat dari pendalaman struktur
industri itu sendiri. Struktur industri:
1) Ragam produk
barang konsumsi, sederhana, barang konsumsi dengan kandungan teknologi
yanglebih canggih, barang modal.
2)
Intensitas pemakain faktor produksi barang dengan padat karya dan barang
dengan padat modal. Orinetasi pasar barang domestik dan barang ekspor.
D.
Ekspor
Kinerja
ekspor (X) dari produk-produk manufaktur juga dapat digunakan sebagai salah
satu indikator alternatif untuk mengukur derajat pembangunan dari industri
manufaktur. Kinerja X bisa ada dalam 3 arti, yaitu laju pertumbuhan volume atau
nilai X dan diversifikasi, baik dalam produk maupun pasar/ negara tujuan. Pada
umumnya, industri manufaktur suatu negara dikatakan sudah maju apabila laju
pertumbuhan X manufakturnya rata-rata per tahun tinggi dan tingkat
diversifikasi produk seta pasar dan negara tujuannya tinggi.
Hasil
analisis Wolrd Bank tahun 1999 menunjukkan bahwa Indonesia lemah dalam
prosuk-produk manufaktur yang prospek masa depannya sangat baik. Data BPS juga menunjukkan
bahwa diversifikasi X manufaktur Indonesia cukup tinggi, namun masih hanya
didominasi oleh industri kecil dan menengah ke bawah, terutama pada
barang-barang konsumsi. Selain itu, industri Indonesia juga masih didominasi
dengan produk-produk berbasis pertanian. Di sisi lain, harga dunia untuk
komoditi berbasis pertanian relatif rendah jika dibandingkan dengan komoditas
berteknologi menengah ke atas, seperti komputer, mesin, dan otomotif, bahkan
pasaran harga komoditas-komoditas ini kian meningkat dari waktu ke waktu.
E.
Gejala Deindustrialisasi
Perkembangan industri
manufaktur di Indonesia juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap produk
domestik bruto atau PDB. Bahkan pada akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006,
banyak pengamat ekonomi yang mengkhawatirkan terjadinya
de-industrialisasi di Indonesia akibat pertumbuhan sektor industri manufaktur
yang terus merosot.
Deindustrialisasi
merupakan gejala menurunnya sektor industri yang ditandai dengan merosotnya
pertumbuhan industri manufaktur yang berlangsung secara terus menerus.
Melorotnya perkembangan sektor industri manufaktur saat itu mirip dengan gejala
yang terjadi menjelang ambruknya rezim orde
baru
pada krisis global yang terjadi pada tahun 1998. Selain menurunkan sumbangannya
terhadap produk domestik bruto, merosotnya pertumbuhan industri manufaktur juga
menurunkan kemampuannya dalam penyerapan tenaga kerja
Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa pada triwulan
pertama tahun 2005, pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia sebenarnya
masih cukup tinggi, yaitu mencapai 7,1 persen. Namun memasuki triwulan kedua
tahun 2005 perkembangannya terus merosot. Bahkan pada akhir tahun 2005, perkembangan industri manufaktur
kita hanya mencapai 2,9 persen. Kondisi ini semakin parah setelah memasuki
triwulan pertama tahun 2006 karena pertumbuhannya hanya sebesar 2,0 persen.
F.
Problem Pengangguran
Sebagai sektor
industri yang sangat penting, perkembangan industri manufaktur memang sangat
diandalkan. Penurunan pertumbuhan sektor industri ini dapat menimbulkan efek
domino yang sangat meresahkan. Bukan saja akan menyebabkan PDB menurun namun
yang lebih mengkhawatirkan adalah terjadinya gelombang pengangguran baru. Apalagi problem pengangguran yang ada saat ini saja masih belum
mampu diatasi dengan baik.
Kita mestinya bisa
belajar banyak dari pengalaman tragedi ekonomi tahun 1998. Selain menyangkut
fondasi perekonomian nasional yang mesti diperkuat, sejumlah ahli juga melihat
perlunya membenahi strategi pembangunan industri di Indonesia. Kalau perlu,
pemerintah bisa melakukan rancang ulang atau redesign menyangkut visi dan misi
pembangunan industri, dari sejak hulu hingga hilir. Paling tidak agar produk
industri kita mampu bersaing di pasar global.
2.4 Permasalahan Industrialisasi
Industri manufaktur di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal
ini karena:
1. Keterbatasan teknologi
2. Kualitas Sumber daya Manusia
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan &
penelitian
masih rendah
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
1)
Kelemahan struktural
·
Basis ekspor & pasar
masih sempitè walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi
produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a) Terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas
kaki)
b) Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada,Turki
& Norwegia
c) USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil
& pakaian jadi dari Indonesia
d) Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan
produk di pasar terbatas
e) Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti cina &
vietman
f) Produk manufaktur tradisional menurun daya
saingnya sbg akibat factor internal seperti tuntutan kenaikan upah
·
Ketergantungan impor sangat tinggi
Pada tahun 1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk industri
berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses
penggabungan, pengepakan dan assembling dengan hasil:
a) Nilai impor bahan
baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas 45%
b) Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung
kepada impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi.
c) PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku & komponen
dari LN
d) Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi
dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas
e) Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran
masih terbatas
·
Tidak ada industri
berteknologi menengah
a) Kontribusi industri berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen) terhadap pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b) Kontribusi produk padat modal (material dari plastik, karet, pupuk,
kertas,besi & baja) thd ekspor menurun 1985 – 997
c) Produksi produk dg teknologi rendah berkembang pesat
·
Konsentrasi regional
Industri menengah & besar terkonsentrasi di Jawa.
2)
Kelemahan organisasi
·
Industri kecil &
menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahè Jumlah Tk masih banyak (padat
Karya)
·
Konsentrasi Pasar
·
Kapasitas menyerap &
mengembangkan teknologi masih lemah
2.5 Strategi pembangunan sektor
industri
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka
menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasipermasalahan dan
kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara
nasional, yaitu:
1. Meningkatkan
penyerapan tenaga kerja industri;
2. Meningkatkan
ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri
3. Memberikan
sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian;
4. Mendukung perkembangan
sector infrastruktur;
5. Meningkatkan
kemampuan teknologi;
6. Meningkatkan
pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk
7. Meningkatkan
penyebaran industri.
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut dan untuk
menjawab tantangan di atas maka kebijakan dalam pembangunan industrimanufaktur
diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mampu
mengantisipasi.perkembangan perubahan lingkungan yang sangat cepat. Persaingan
internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara berkembang,
termasuk Indonesia, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa
depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di
pasar internasional. Untuk itu, strategi pembangunan industri manufaktur ke
depan dengan memperhatikan kecenderungan pemikiran terbaru yang berkembang saat
ini, adalah melalui pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing
industri yang kolektif. Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri
yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya
potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah,
besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga
berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme
sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Bangun susun sektor industri yang diharapkan harus
mampu menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional dan menjadi tulang
punggung ketahanan perekonomian nasional di masa yang akan datang. Sektor
industri prioritas tersebut dipilih berdasarkan keterkaitan dan kedalaman
struktur yang kuat serta memiliki daya saing yang berkelanjutan serta tangguh
di pasar internasional.
Pembangunan industri tersebut diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut, industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu.
Pembangunan industri tersebut diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut, industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu.
Dengan memperhatikan permasalahan yang bersifat
nasional baik di tingkat pusat maupun daerah dalam rangka peningkatan daya
saing, maka pembangunan industri nasional yang sinergi dengan pembangunan
daerah diarahkan melalui dua pendekatan. Pertama, pendekatan top-down yaitu
pembangunan industri yang direncanakan (by design) dengan memperhatikan
prioritas yang ditentukan secara nasional dan diikuti oleh partisipasi daerah.
Kedua, pendekatan bottom-up yaitu melalui penetapan kompetensi inti yang
merupakan keunggulan daerah sehingga memiliki daya saing. Dalam pendekatan ini
Departemen Perindustrian akan berpartisipasi secara aktif dalam membangun dan
mengembangkan kompetensi inti daerah tersebut. Hal ini sekaligus merupakan
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, yang pada gilirannya
dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran.
Strategi ini dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
- Subtitusi Impor (inward-looking)
- Promosi Ekspor (outward-looking)
Strategi
industrialisasi
1.
Strategi
Subtitusi Impor
·
Lebih
menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
·
Strategi
subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
·
Dilandasi
oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
1. Pertimbangan
yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja)
cukup
tersedia potensi permintaan dalam negeri memadai
b. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur
dalam negeri
c. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan
kerja lebih luas
d. Dapat mengurangi ketergantungan impor
v Penerapan strategi subtitusi impor dan
hasilnya di Indonesia
-
Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
-
Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
-
Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high
cost economy
-
Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi
2. Strategi
Promosi Ekspor
·
Lebih
berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
· Tidak
ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari
pemerintah
· Dilandasi
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk
yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
· Strategi
promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi
yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
3. Kebijakan Industrialisasi
·
Dirombaknya
system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
·
Dikuranginya
fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
KESIMPULAN
Dampak positif
industrialisasi dalam konteks globalisasi saat ini telah diketahui yakni
meningkatkan produktivitas melalui peningkatan efisiensi. Namun dampak
negatifnya masih banyak diperdebatkan orang, terutama kaitannya dengan
kerusakan lingkungan. Ketika sebuah bangsa menggantungkan hidupnya kepada
pertanian, maka masalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh masyarakat
yang hidup dengan bertani belum begitu mengemuka dalam berbagai pembahasan.
Lain masalahnya, ketika proses industrialisasi tengah berjalan, maka dampak
positifnya rakyat banyak tak lagi terlalu menggantungkan hidupnya pada sumber
alam yang langsung digali atau dimanfaatkan.
Peranan sektor industri dalam produksi
nasional pada tahun 1990 cukup meningkat. Hal ini ditandai dengan sumbangannya
sebesar 21% ke dalam produk
domestik bruto (PDB), ini
berarti telah melampaui sumbangan sektor pertanian sebesar 19%. (Hartanto,
1995). Selanjutnya berdasarkan data tahun 2000, besar komposisi perbandingan
sumbangannya terhadap PDB adalah 30% industri dengan 10% pertanian (LPE-IBII,
2002).
Dari sudut pandang kepentingan
perekonomian suatu bangsa, industrialisasi memang penting bagi kelangsungan
pertumbuhan ekonomi tinggi dan stabilitas. Namun, industrialisasi bukanlah
tujuan akhir, melainkan hanya merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh
untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan
perkapita tinggi. Meskipun pelaksanaannya sangat bervariasi antar negara,
periode industrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses perubahan struktur
ekonomi. Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi
sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan
kesempatan kerja. (Tulus Tambunan, 2001).
Dapat dipahami bahwa ketika membahas
masalah industrialisasi, selalu terkait dengan sektor pertanian. Sehingga
setiap persoalan industrialisasi akan dibahas secara serempak dengan
keterkaitan ke masalah pertanian. Proses pembangunan di Indonesia tetap diawali
dengan perhatian pada bagaimana menggerakkan perekonomian yang berbasis
pertanian. Karena itu diutamakanlah industri yang menciptakan mesin-mesin
pertanian dan sebagainya. Sasaran pembangunan jangka panjang tahap satu adalah,
mengubah struktur ekonomi dari struktur yang lebih berat dari pada pertanian
kepada struktur yang seimbang antara sektor pertanian dan sektor industri.
(Hamzah Haz, 2003). Dengan struktur yang seimbang inilah maka ekonomi rakyat
dapat ditumbuhkan.
Kelemahan mendasar pada pembangunan di
masa lalu adalah, pertumbuhan tidak berhasil mencapai upaya mengaitkan
pertumbuhan dengan pemanfaatan sumber daya alam, pertanian, dan kemaritiman.
Ini mungkin salah satu alasan mengapa ketika awal pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid dibentuk Menteri Negara Urusan Perikanan dan Sumber Daya
Maritim, karena ketika itu, walaupun dasadari bahwa 60% wilayah Republik
Indonesia adalah lautan. Kenyataan ini merupakan salah satu penyebab gagalnya
proses industrialisasi di Indonesia dalam menciptakan lapangan kerja, sehingga
ketika krisis terjadi sebagian besar angkatan kerja lebih 50% masih bekerja di
sektor pertanian, sementara hanya 10% saja yang bekerja di sektor industri.
Pada awal sejarah kehidupan, manusia
baru mengenal dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah disediakan alam.
Perekonomian pada tahap ini disebut perekonomian yang berbasis pertanian, di
mana kegiatan pertanian mendominasi seluruh aspek kehidupan. Kegiatan
menghasilkan barang hanyalah terbatas pada industri rumah tangga. Demikian pula
kegiatannya belumlah menonjol seperti keadaan sekarang. Perekonomian berbasis
pertanian ini kemudian berkembang menjadi perekonomian berbasis industri. Tentu
saja perkembangan ini akan menyangkut beberapa aspek, sehingga perlu
diidentifikasi, ada perkembangan apa saja, serta bagaimana pola pengaruhnya
kepada kontribusi kedua sektor yakni pertanian dan industri.
DAFTAR PUSTAKA
http://ivanlipio.blogspot.com/2011/03/industrialisasi.html
KETERANGAN
Hanifaturrizqi Amalia
Mengerjakan tentang konsep dan tujuan industrialisasic
Indah Dwi Pratiwi
http://.....................................
Mengerjakan
tentang factor-faktor pendorong industrialisasi
Rizkiyah Pratama
Mengerjakan
tentang perkembangan sektor industri manufaktur nasional
Susan kesuma sari
http://...........................................
Mengerjakan
tentang strategi permasalahan industrialisasi
Materi tentang strategi pembangunan sektor industri
dikerjakan oleh : Hanifaturrizqi Amalia, Indah Dwi Pratiwi, Rizkiyah Pratama,
Susan Kesuma Sari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar